Buaian sang malam
Raut wajah senja merona merah kehitaman
pasir berbisik lirih di bawah asuhan ombak
meluluh dijilati rintihan-rintihan kecil air
yang mengalir bercumbu mesra dengan penghuninya
gesekan-gesekan angin mulai menyayat telinga
saat terbuai lara dalam nada bicaranya
lambaian dedaunan bakau nan eksotik
merindukan tangan-tangan kasih
percikan sinar rembulan yang terang temaram
menyulutkan nyali sang pengembara malam
untuk turun bertarung dengan berkubik limpahan air
dan bertemu peri-peri kecil jelmaan kuasa pencipta
yang turun dan memberi senyuman tipis
walau sekejap
retakan2, gesekan2, dan bulir2 air yang mampir menyapa
seakan menampar tabir2 mimpi di ambang maut
untuk sekedar seulas tawa di balik luka
karena mimpi membawaku lebih hanyut dalam
gumpalan pekat legam mulut sang petaka malam
turunkanku lebih dalam!!!
siluet sinar2 kecil mengerlingkan matanya
di atas pangkuan debur ombak membuncak
terus berputar2 indah hingga ke dasar terdalam
hingga………..
Menurut Gw terlalu banyak dan sering menggunakan Majas Lang.. mungkin Lw cenderung mengutamakan keindahan bahasa ketimbang ekplorasi perasaan yang jujur dari bahasa yang polos..
trims omen_thegreat atas masukannya