Job Career Vacancy
Latest News

Bertumpu pada batu, berkaca pada hidup

Selasa, 17 November 2009 , Posted by Gilang Ramadhan at 21.53

Guys! Tentu kalian semua tau dan pernah melihat batu, entah di jalan, di sungai atau mungkin terselip di balik sandal yang kalian pakai?, ya itulah batu nankeras, hitam, dengan bentuk yang tak pernah simetris dan selalu di balik bayangan manusia alias gak pernah diperhatiin. Kalo kita sedang jalan kaki tentu setiap hari pasti kita menginjak batu dari berbagai ukuran, mulai dari yang kecil atau yang sudah dimodifikasi (semacam paving block) sampai yang paling besar (di perut bumi), tapi guys pernah gak sih kalian perhatiin walau sekejap (ciee..) apa jadinya hidup tanpa ada batu? Wah pasti gak kebayang friend. Tau gak sih? Bumi itu sebagian besar terdiri atas batuan yang berlapis –lapis, mulai dari lapisan lunak sampai lapisan yang keras yang kita injak sehari-hari, trus batu pula merupakan bahan yang paling berperan penting dalam struktur materi bangunan apa pun mulai dari rumah, jalan, gedung bertingkat, jembatan sampai patok kuburan (hiiii..), kalian juga tau kenapa di sungai banyak terdapat batu-batu? Ternyata jika di sungai gak ada batunya alias plong aja erosi yang disebabkan arus sungai akan membawa tanah yang berada di dasar sungai menuju lautan tanpa ada penyaringnya karena menurut hukum fluida, cairan yang mengalir akan menyebabkan arus yang menimbulkan adanya gesekan pada dasar sungai dan wal hasil ga kebayang deh gimana nasib daratan dan sirkulasi air yang terjadi di dalamnya dan gak akan ada bagian nosel di sungai yang biasa dijadikan manusia sebagai tempat yang cocok untuk bendungan karena memiliki aliran deras yang cocok untuk menggerakan turbin dari generator pembangkit listrik, termasuk biota ikan salmon yang bernaung pada batu saat musim bertelur tiba, pasti mengerikan jadinya bro!
Itulah guys beberapa kegunaan dari batu, lho kita koq jadi ngomongin batu?!? Bukan itu yang menjadi intinya, kalo gitu aja mah jadi belajar geologi , tapi sekarang coba kalian pikir dulu deh, apakah batu pernah mengeluh pada Tuhan karena selalu dieksplorasi oleh manusia setiap harinya, tanpa manusia pernah sadar siapa itu batu, tentu tidak kan? Batu tetap saja diinjak tanpa rasa pri-kebatu-an dan tidak diperhatikan, tetap hitam dan tetap berbentuk asimetris semaunya.
Tapi saya nulis ini bukan agar kalian tiba-tiba jadi mencintai batu, menimang-nimangnya, apalagi memikirkannya, bukan itu bro! batu tetaplah batu. Nah sekarang kita ke permasalahan tentang korelasi kurva di atas dengan pokok bahasan kita yaitu merefleksikan fenomena batu tadi dengan hidup kita, the question is, sanggupkah kita yang sudah merasa hebat bisa seperti batu yang mempunyai filosofi “rendah tetapi tinggi”? pujangga arab pernah berkata: “orang yang tawadu’ bagai genangan air yang selalu berada di bawah, tetapi pada hakikatnya dapat memantulkan cahaya bintang yang sebenarnya berada di tempat yang sangat tinggi, dan orang sombong bagaikan asap yang membumbung tinggi tetapi hakikatnya akan hilang kemudian”. Tuh, jadi tambah kacau kan? Dengan sombong memang kita bakal kelihatan hebat tetapi sesungguhnya semua akan menghilang musnah dan jatuh dalam kehinaan alias pongah, tapi lihat manusia yang memiliki sifat tawadu’ dia selalu menganggap dirinya bukan apa-apa dibanding yang lain padahal dialah the real star! Not a smoke which lost in the sky. Selain mengajarkan tawadu’, ciptaan tuhan itu (batu.red) juga mengajarkan kita arti berkorban tanpa rasa pamrih. Bro, please deh sebenernya apa yang kita harapkan dari pamrih? Pujian? Di elu-elukan? Ah itu mah Cuma sementara, ntar juga orang kembali gak merhatiin kita, gak mungkin kan orang mau memuji kita setiap hari sepanjang masa? Apa orang yang ditinggikan karena kredibilitasnya? Itu pun tidak berlangsung lama –seperti fenomena AA Gym—karena hakikatnya gak ada yang kekal abadi kecuali orang-orang yang diberikan julukan oleh tuhan dengan title “ikhlas”, pasti abadi dan sepanjang masa.
Jadi fren, berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan tanpa memikirkan kompensasinya (kecuali kerja, kudu digaji atuh!) karena semua itu adalah benih yang kita tanam untuk kita panen di akhirat kelak. Dan ingat! Tetap tawadu’ sehebat apa pun kalian, karena tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya sebesar biji zarrah (debu) dari kesombongan, karena orang sombong termasuk orang yang mendustakan agama, karena Tuhanlah yang patut sombong, bukan kita! Terakhir, transformasikan dirimu guys, semoga kita termasuk orang yang senantiasa dibukakan pintu hatinya (amien).

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar